semoga tulisannya bermanfaaat
pada tahun 2018, Indonesia akan merayakan HUT RI ke 73,
pada kondisi perekonomian ini, kita perlu sangat bersyukur hidup jaman sekarang dibanding tahun-tahun sebelumnya
kenapa?
berikut beberapa alasannya kenapa kita perlu sangat-sangat bersyukur
1. jumlah anak per keluarga
sebelum ada program keluarga berencana tahun 1970an,
1 keluarga bisa memiliki anak sangat banyak,
bisa 5 bahkan belasan
itu kalau istrinya 1,
kalau istrinya banyak?
tentu sangat berat
untuk menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi
Kata generasi yang lahir tahun 1950, saudaranya ada 11...
Sementara ayahnya yang kelahiran tahun 1920, saudaranya 16. Sementara ibunya, 8 orang...
Saya tanya, kenapa generasi dulu nda berpikir jauh? Gimana strategi buat perekonomian keluarga?
Katanya,"Wohhh..nda mikir blas..bahkan ada yang suami, istrinya 2 apa 3....masing-masing punya anak 5 apa 10..."
beda dengan sekarang,
anaknya cuma 2, paling banyak ya 3, jarang yang lebih banyak dari itu...4 saja sangat jarang
bahkan ada yang anaknya cuma 1
oleh karena itu keluarga di Indonesia sekarang lebih berkualitas,
secara perekonomian dan pendidikannya
bahkan jumlah anak banyak tapi perekonomian pas-pasan bahkan kurang,
bisa menyumbang angka kemiskinan yang besar di Indonesia
2. pendapatan per kapita, inflasi dan keadaan ekonomi di Indonesia
dibanding tahun-tahun sebelumnya, apalagi tahun 1960an,
pendapatan perkapita di Indonesia sekarang sangat membaik
bisa diliat di grafik tersebut,
angka di sebelah kanan mengunakan dollar
jadi kalau sekarang 2018 posisi sekitar $ 4.000 per tahun per kapita,
jadi per bulan sekitar rp 4 jutaan
daya beli per bulan Rp 4 juta an sangat disuluri,
dibanding tahun 1960,
yang mana 1/6 nya dari sekarang,
kalau pakai kurs dan keadaan sekarang,
ya sekitar Rp 600 ribuan per bulan
akan tetapi tahun 1960an,
ada peristiwa yang menyebabkan krisis sangat berat...karena itu mengakibatkan inflasi ratusan persen dalam 3 tahun,
berikut saya kutip dari tirto.id:
Ekonom sekaligus Wakil Presiden RI 2009-2014 Boediono dalam Ekonomi Indonesia (2017) mencatat, perkembangan dan program politik seperti Operasi Pembebasan Irian Barat dan Konfrontasi Malaysia memaksa pemerintahan Sukarno mempertahankan tingkat pengeluaran yang berakibat kian besarnya defisit APBN.
Pemerintah menggelontarkan Rp21 miliar (1963), Rp90,5 miliar (1964), hingga Rp567,1 miliar (1965) untuk membiayai Operasi Pembebasan Irian Barat dan Konfrontasi Malaysia. Angka tersebut mencakup 17,1 persen pengeluaran APBN 1964 dan 39 persen persen pengeluaran APBN 1965.
“Defisit harus dibiayai. Cara yang paling mudah adalah dengan meminjam kepada bank sentral (Bank Indonesia) yang memenuhinya dengan mencetak uang. Inilah sumber paling utama peningkatan uang beredar,” sebut Boediono.
Selain untuk menutup defisit APBN, Bank Indonesia juga menyuplai uang baru untuk pembiayaan BUMN yang kala itu menjadi pilar utama Sistem Ekonomi Terpimpin ala Sukarno. Akibatnya, peredaran uang pun membludak.
sumber: https://amp.tirto.id/bagaimana-soeharto-mengambil-alih-kekuasaan-dari-sukarno-cEXm
jadi kalau diibaratkan dengan uang sekarang,
dengan pendapatan kurang lebih Rp 600 Ribu per bulan,
beras tahun ini per kg 10.000
tahun depan naik jadi 40 ribu,
tahun depannya lagi naik jadi 240 ribu,
tahun depannya lagi naik jadi Rp 1,3 juta per kg
sehingga tidak bisa terbeli
krisis dimana-mana..
huru-hara dimana-mana...
sangat susah...
lebih susah lagi anaknya banyak..
3. infrastruktur
nah infrastruktur sangat lumayan bagus ya baru-barusan,
sebelumnya juga sulit...dimana-mana jelek,
kenapa?
APBN sangat kecil,
sementara Indonesia luasnya setengah eropa
dana siapa buat bangun?
oleh karena itu sangat bersyukur sekarang jalan tol banyak,
bandara bagus, terminal juga lumayan,
pelabuhan juga
dengan Produk domestik Bruto sekitar Rp 14.000 Triliun pada 2018 dan APBN sekitar Rp 2.000 Triliun,
perekonomian dan pembangunan sangat mengeliat
begitu juga daya beli
4. Jumlah Orang miskin di Indonesia
tentu perekonomian yang sulit,
membawa dampak buruk juga terhadap kesejahteraan seseorang,
grafik dari kompas.com berikut akan merangkum bagaimana jumlah orang miskin di Indonesia dari jaman Pak Soeharto, yang mana diwarisi dari generasi sebelumnya sampai jaman pak Jokowi
tentu hidup di tahun 1960-1970an sangat-sangat sulit,
jumlah orang miskin mencapai 70 juta jiwa, 60% dari populasi tahun tsb
sekarang hanya sekitar 26 juta,
semoga ke depan semakin banyak yang mampu dan berkembang lebih makmur,
amin
5. dana di perbankan
sekarang jumlah orang dan dana yang menabung ditabung juga meningkat,
bahkan pada tahun 2018 sudah menembus Rp 5.300 Triliun,
tentu angka yang sangat besar
dan pasti hal tersebut merembes ke semua sektor
Bahkan pada 2001,
Dana di perbankan hanya sekitar Rp 800 Triliun
Kalau 2018 sudah Rp 5.300 triliun,
Dalam 17 tahun meningkat hampir 6x nya
Tentu angka yang sangat luar biasaaaaa
6. Proporsi jumlah orang kaya, menengah dan miskin
sampai sekarang,
memang masih terjadi ketimpangan kekayaan di indonesia,
tapi masih lebih baik dibanding 1960-1970
gambar diatas memperlihatkan sebasaran pada 2012 dan 2020,
kelas menengah akan naik signifikan,
dan orang miskin juga terangkat ke kelas menengah
yang super kaya juga meningkat signifikan
*******
dengan berbagai indikator-indikator diatas,
kita bisa mendapat gambaran bagaimana sulitnya tahu 1960-1970,
dan kita perlu sangat-sangat bersyukur-syukur hidup jaman sekarang
rasa syukur tsb bisa dengan berbagi ke sesama,
kalau sehat bisa berbagi dengan donor darah ke sesama dsb
semoga Indonesia ke depan tambah baik perekonomian,
dan kita juga bisa ikut berkontribusi
No comments:
Post a Comment