Thursday, May 30, 2024

Kakek Kepala Kantor, Cucu Ngekos. Kok bisa?


 





Diskusi sama relasi-relasi, Walaupun secara makro, Perekonomian indonesia semakin membaik Belum tentu banyak yang bisa menikmati, Kenapa? Karena banyak juga dari keluarga yangs kaya dan aset besar, Tapi generasi berikutnya bisa jadi babat alas lagi Jadi jangankan berkembang, tapi selalu berakhir memulai lagi dari 0 Cerita dengan relasi, banyak sekali kasus seperti berikut. Generasi 1, yaitu kakek, merupakan orang yang sangat kaya sekali, misal kepala kantor sebuah perusahaan besar tetapi berakhir merintis lagi generasi berikutnya kenapa hal tersebut terjadi? saat menjabat, yang mana jabatan tersebut sangat terbatas waktunya, kebanyakan akan konsumtif tinggi sekali semisal mobil akan yang bagus, dan diatas Rp 400 juta. apa mau pejabat tapi mobilnya calya, agya, xenia, avanza? malu dong sama bawahannya plus rumahnya juga apa mau yang biasa-biasa saja? minimal 100 m2 keatas plus renovasi ini yang bakal makan banyak sekali cost kenapa? karena interior dan perkakas nya juga pasti yang wow bisa jadi rumahnya Rp 500 juta keatas, renovasinya Rp 500 juta sendiri masalahnya pejabat hanya beberapa tahun saja, Misal jadi pejabat di perusahaan umur 45 tahun, umur 56 tahun sudah pensiun nah 11 tahun tsb merupakan tingkat konsumtif paling tinggi dalam hidupnya, dan kalau sudah kebiasaan konsumtif tinggi, saat pensiun akan kebingungan dan malah banyak yang bangkrut, kok bisa? kita bahas disini ya detilnya
Kenapa banyak yang bangkrut setelah pensiun?


Dan yang terjadi di masyarakat adalah,
makro ekonomi indonesia membaik,
visi orang tua ke genarasi berikutnya minim,
dan akhirnya tidak banyak yang bisa memanfaatkan makro ekonomi yang bertumbuh tadi

Banyak yang berakhir karirnya bagus,
Rumah besar, renovasi besar-besaran..
Tapi anak cucu malah kesulitan secara ekonomi.
dan sesuai judul, tidak sedikit yang mengalami fenomena..
Kakek Kepala Kantor, Cucu Ngekos

dan tidak sedikit yang visinya adalah,
waktu menjabat tidak punya visi gimana anak cucu mengembangkan aset,
tetapi visinya adalah bagaimana anak cucu bisa jadi mesin ATM saat sudah pensiun nanti,
alias Sandwich generation

lho bukannya bagus ya anak cucu disuruh mandiri?
biar ada semangat berkarya nya gitu..

tentu kalau ada yang merintis dari 0,
sangat bagus sekali

tetapi alangkah lebih bagus,
bagaimana sudah ada 10,
sehingga anak bisa kerja/bisnis dan lebih bisa mengembangkan 10 tadi, 
sehingga cucu bisa ada 20, syukur2 50,
dan cicit bisa mengembangkan menjadi 100 misal

jadi semakin generasi,
semakin kuat dan berkembang asetnya


Yang parah, akhirnya cuma iri ke yang berhasil memiliki strategi lebih baik.. misalnya ada relasi iri, kok bisa ada yang umur 28 tahun tapi bisa punya banyak kamar hotel di Batu kok bisa ada yang umur 24 tahun tapi sudah bisa kredit ke bank Rp 4,5 M dan total aset Rp 9 M Padahal secara strategi, kalah telak.. ada juga yang secara properti banyak sekali, tetapi generasi berikutnya bingung biaya bphtb nya yang besar sekali, dan tidak bisa mengembangkan jangankan mengembangkan, banyak yang berakhir hanya konflik waris tentu sangat disayangkan ya. carinya susah-susah, tapi generasi berikutnya akhirnya babat alas lagi kalau semakin banyak orang asing dan pendatang yang punya visi strategi lebih baik, bagaimana kita bisa bersaing? Nah bagaimana? apa strategi terbaik yang kita persiapkan buat generasi berikutnya?

No comments:

Post a Comment